Minggu, 18 Oktober 2015

Sekuat Itu

Yang menyedihkan itu, bukan ketika perasaanmu tak terbalas. Melainkan ketika kamu tidak bisa melakukan apapun untuk orang yang kamu sayangi. Terlebih lagi, ia membencimu. Tidak memperbolehkanmu sedikitpun menyentuh hidupnya.

Dan disinilah aku, menguntai cerita yang sama.

Sama menyedihkannya seperti apa yang baru saja kujelaskan. Benar, ia membenciku.  Aku juga tidak tahu sudah berapa kali ia mengutukku. Mungkin aku terlalu menjengkelkan. Atau mungkin aku ini terlalu norak dan berisik? Ah, meskipun begitu, keduanya tetap sama-sama memuakkan. Tetap pada intinya, apapun yang kulakukan, ia akan terus membenciku.

Sebuah dongeng mengatakan, perasaan benci bisa saja berubah seratus delapan puluh derajat menjadi perasaan cinta. Hanya masalah waktu, katanya. Tapi ini sudah 15 tahun berjalan, ia masih saja begitu. Aku menjadi tidak percaya dengan dongeng. Semua di dunia ini hanyalah kebohongan, bukan?

Tapi jujur saja, aku lebih tidak percaya dengan bagaimana aku bisa bertahan pada orang yang sama dalam jangka waktu yang lama. Terlalu kaku untuk bergerak. Terlalu rapuh hanya untuk berpindah. Namun lucunya, perasaanku masih sama meskipun waktu mencoba mengikisnya.

Iya, sekuat itu.

Perasaan cintaku, sekuat itu.

Dan sekuat perasaan bencimu terhadapku.


Transparent Butterfly

Tidak ada komentar:

Posting Komentar