Jumat, 19 Juni 2015

A Farewell

Ini lucu. Padahal kamulah yang akan berjalan sendirian, tapi justru aku yang menangis. Kamu pergi, seperti meninggalkan ruang kosong di sebuah papan puzzle, yang sebenarnya tidak akan terisi lagi, tidak akan terasa sama lagi, jika itu bukan kamu.

Aku selalu berharap, bahwa bukan hanya aku yang merindukanmu sampai seperti ini. Aku ingin semuanya memiliki perasaan rindu yang sama terhadapmu, sekalipun kami belum memulai perjalanan baru. Di sisa hari, mungkin kita memang sama-sama berjuang di tempat yang berbeda. Walau di detik ini aku masih menginginkan kita. Kita yang berjuang di lingkaran yang sama.

Aku masih ingat, bagaimana kamu memaparkan cita-citamu, atau rencanamu untuk masa depanmu. Ataupun saat kamu memutuskan untuk berpisah. Rasa sakit itu tidak akan meledak, jika saja saat itu kamu tidak menunjukkan wajah bahagiamu padaku. Sekalipun itu bohong, tapi kamu sedang berusaha tegar, bukan? Maka aku pun begitu.

Atau justru kamu yang ingat, bagaimana aku yang tidak bisa melihatmu untuk yang terakhir kalinya. Bahkan aku tidak mengucapkan satupun kata perpisahan dengan benar. Katakan, apakah itu membuatmu terluka? Aku masih tidak bisa terima. Hari sebelumnya, dimana aku dengan sikap riangku menandingi wajah masammu, tanpa tahu bahwa itu memang hari terakhir kita bersama. Tidak, aku belum bisa menerimanya. Apa kamu juga merasa ini terlalu cepat? Bahkan aku pun merasa bodoh. Mengapa saat itu aku bergembira di atas rasa khawatirmu?

Mungkin perasaan kesepian ini tidak akan sampai seperti ini, atau sesakit ini, jika itu bukan kamu.



Transparent Butterfly

Tidak ada komentar:

Posting Komentar