Senin, 03 November 2014

Delusi

Rumit. Menyakitkan. Mungkin kau belum tahu rasanya dipermainkan oleh perasaanmu sendiri. Kau akan mengatakan, tidak. Aku tidak mencintaimu. Padahal yang sebenarnya kau justru ingin berteriak,
tidak. Aku memang mencintaimu.

Kau akan membencinya Kemudian kembali mencintainya pada esok hari. Kau bisa melupakannya di pagi hari, kemudian kenangan itu terputar kembali pada malam hari. Dan pada akhirnya, melanjutkan delusi adalah pilihan yang terbaik daripada memejamkan mata. Kau tidak tidur malam itu. Dengan bodohnya kau justru membuka pesan lama yang tersimpan dalam ponselmu. Seakan kau menikmati rasa sakitmu, kau tetap terus membongkar kenangan lama. Walau kau tahu kau hanya bisa hidup dalam kenangan, Dan bukan ditakdirkan untuk kembali.

Membayangkan bagaimana ia mencintaimu. Datang bagaikan pangeran, atau pergi bagaikan pahlawan. Dan kau adalah seorang permaisuri baginya, tanpa adanya selir. Kau yang menempati singgasana hatinya. Ia tak akan membiarkanmu meninggalkannya Mencegahmu dengan sikap posesifnya yang manis. 

Kau tersenyum bahagia. Dan ia ikut tersenyum bahagia. Orang sekelilingmu menyanyikan lagu gembira. Bersuka cita pada perasaanmu yang tak terungkap. 

Dan kau percaya...
Delusi itu akan terus berlanjut
Membuatmu merasa lebih baik... membuatmu merasa senang
Itupun jika kau tak banyak menaruh harapan pada delusimu.


Transparent Butterfly

Tidak ada komentar:

Posting Komentar