Kamis, 27 Februari 2014

Sayonara

Dia berubah...

Atau justru akulah yang berubah?

Aku masih tidak paham dengan semuanya...

Termasuk dengan perasaan kehilangan

Aku percaya pada sesuatu yang berbeda,

dan pada sesuatu yang dapat berubah oleh waktu...

Tapi aku masih sulit percaya...

jika perubahan itu datang lebih cepat,

dan meninggalkan luka, perasaan kehilangan.


Lagi...

Aku benci hal ini...

Perasaan kehilangan ini datang lagi...

Seiring mereka mengucapkan salam perpisahan,

atau bahkan pergi begitu saja,

tanpa mengucapkan apapun



***

"Kau ingat saat pertama kali kita bertemu?" tanyanya sembari menengadah.

Aku menatap wajahnya yang tenang. Mata sendu itu menyiratkan kesedihan. Entah mengapa angin sore menjadi lebih dingin dari kemarin. Harusnya aku bisa merasa hangat bila bersamanya, namun tidak untuk kali ini.

Aku sudah menyadarinya. Saat seperti inilah yang pasti akan datang. Dan saat seperti inilah yang selalu menjadi mimpi burukku. Aku takut. Bagaimana jika aku jatuh hanya karena sebuah perpisahan?

"Semua karena ketidak-sengajaan, kan?" ucapnya lagi sambil terkekeh pelan.

Aku tersenyum. Dia memang benar. Terkadang persahabatan yang disebabkan oleh ketidak-sengajaan, bisa saja berlangsung manis. Tapi aku tidak habis pikir, mengapa perpisahan tidak semanis saat berjumpa?

"Ya, aku rindu masa-masa itu." jawabku seadanya.

Aku memang merindukannya. Haruskah aku berbohong pada perasaanku sendiri? Dan selagi ia masih berada di sini, walau untuk terakhir kalinya, tak ada salahnya jika aku menumpahkan segalanya, kan?

Ia menyentuh puncak kepalaku, seperti biasanya. Sorot matanya menyiratkan bahwa ia merasakan rindu yang sama.

"Maafkan mereka," ucapnya lirih. "Mereka memang lemah untuk bertemu denganmu di sini."

Aku menunduk lesu. Aku tahu kemana arah pembicaraan ini. Harusnya aku sudah siap untuk mengucapkan selamat tinggal, tapi mengapa tiba-tiba aku merasa lemah juga?

"Jadi, apakah ini tandanya hanya kau dan aku yang tidak lemah?"

Ia kembali menengadah, kemudian menghela nafas berat.

"Tidak juga." ucapnya sambil tersenyum. Lebih tepatnya, tersenyum getir.

"Kau tahu sendiri kalau aku ini orang yang sok jagoan, juga sok tegar..."

Aku terdiam. Memang benar. Dari dulu, dia memang begitu. Tapi justru orang seperti dialah yang biasanya berpengaruh besar dalam persahabatan kami.

"Dan kau pasti tahu betul dengan perasaanmu yang selalu memaksakan diri."

Ia menatapku tajam, menusuk. Menusuk tepat di ulu hati.

Sekarang aku ingin menangis. Sikap pedulinya benar-benar membuatku lemah. Ia selalu tahu apa yang kurasakan, tanpa harus kuungkapkan apa yang terjadi terlebih dahulu.

"Kita berempat sudah berteman sejak lama. Tapi ada hal yang membuat kita harus berpisah."

Cukup. Kau membuatku semakin menyerah untuk membangun pertahanan diri. Air mata ini... Sanggupkah bertahan?

"Namun percayalah... Suatu saat kita akan bertemu lagi.."

Air mataku mulai menggenang, membuat pandanganku mengabur. Ini terasa menyakitkan... Hentikan...

"Mungkin di tempat ini, tempat dimana kita sering bermain, tempat favorit kita,"

Ia mulai beranjak, dan aku pun ikut berdiri.

"Semoga kita bisa bertemu kembali di tempat ini." ucapnya sambil tersenyum.

Ia mengangkat telapak tangannya dan mengucapkan selamat tinggal. Setelah itu, ia pun berlari meninggalkanku.

Aku masih terdiam. Berusaha tersenyum, walaupun air mataku sudah terlanjur jatuh. Bahkan aku tak bisa mendengarkan salam perpisahannya dengan baik. Dunia ini terasa berhenti berputar, dan dalam sekejap dunia menjadi tak bersuara. Aku hanya bisa mendengar sebuah jeritan, dan itu adalah suara hatiku sendiri.
Aku tak bisa menatap wajahnya. Pandanganku yang kabur cukup membuatnya leluasa untuk menyembunyikan ekspresi sedihnya dariku.
Memang benar. Walaupun aku percaya bahwa suatu saat kau akan kembali, di tempat ini...

Aku masih tidak percaya bahwa perpisahan terjadi sangat cepat dan menyisakan perasaan kehilangan yang dalam.

Aku akan selalu menunggu.

Sanggupkah aku bertemu dengan orang baru?

Sanggupkah aku kembali berpisah dengan orang-orang itu?

dan sanggupkah aku menyambut mereka, kawan lamaku yang telah kembali dengan membawa banyak perubahan?

Dulu, sekarang, dan masa depan bisa sangatlah berbeda. Namun aku yakin...

Perasaan rindu kita akan selalu sama.


Transparent Butterfly


Tidak ada komentar:

Posting Komentar